Khamis, 2 Mei 2013

Indonesia Kunci Kemajuan Ekonomi ASEAN

BERLIN] Kalangan pengusaha Jerman melihat posisi Indonesia dianggap sebagai kunci kemajuan ekonomi ASEAN, bahkan Asia dan dunia. Hal itu berkat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang di atas 6 persen, kekuatan ekonomi domestik yang terus meningkat, ditopang oleh arus penanaman modal asing yang terus masuk.

Hal tersebut disampaikan Presiden Asia Pacific Committee for German Business (APA) Peter Lochscher dalam business luncheon yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Wakil Kanselir yang juga Menteri Ekonomi dan Teknologi Jerman Philipp Rosler, serta sekitar 80 pengusaha Jerman dan 40 pengusaha Indonesia, di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Senin (4/3). Acara itu merupakan salah satu agenda kegiatan Presiden dan rombongan, dalam kunjungan kenegaraannya ke Jerman dan Hungaria.

Wartawan SP Primus Dorimulu melaporkan dari Berlin, Peter juga memuji liberalisasi perdagangan dan investasi di Indonesia. “Ekonomi Indonesia sudah melaju di rel yang benar. Jika ada dukungan infrastruktur dan kepastian hukum yang lebih baik, Indonesia akan luar biasa,” katanya.

Indonesia dan Jerman, lanjutnya, sama-sama terbesar di kawasannya. Indonesia adalah negara dengan penduduk dan produk domestik bruto (PDB) terbesar di ASEAN. Sedangkan, Jerman adalah negara dengan penduduk dan PDB terbesar di Eropa Barat. Kedua negara juga memiliki wilayah terluas di kawasan masing-masing.

Saat tanya-jawab dengan Presiden SBY, sejumlah pengusaha Jerman mempertanyakan kepastian hukum di Indonesia, terutama dalam kaitan dengan bisnis di sektor pertambangan. Mereka mengharapkan Indonesia memberikan kepastian hukum kepada para investor, selain perlunya percepatan pembangunan infrastruktur. Menjawab pertanyaan itu, Presiden SBY menegaskan, Indonesia terus memperbaiki iklim investasi, termasuk melakukan reformasi hukum dan birokrasi.

Para pengusaha Jerman juga mempertanyakan komitmen Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan, melakukan penghematan energi fosil, dan menurunkan emisi karbon. Menjawab pertanyaan itu, Presiden mengatakan, Indonesia terdepan dalam penurunan emisi karbon. Langkah yang ditempuh, antara lain sudah menetapkan target menurunkan emisi karbon 25 persen dengan kekuatan sendiri, dan 41 persen jika ada bantuan internasional pada tahun 2020.

Seusai business luncheon, Presiden SBY melakukan pertemuan bilateral dengan empat CEO perusahaan multinasional, yakni CEO Volkswagen AG Krsitian Klingler, CEO Siemens Peter Loschter, CEO Ferrostaal Klaus Lesker, dan CEO Accor Group Yann Caillere. Kepada Presiden, keempat petinggi perusahaan tersebut menyatakan komitmennya untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

Sementara itu, pengusaha dari Indonesia yang hadir pada acara tersebut, antara lain Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto, Ketua Apindo Sofyan Wanandi, Chris Kanter, Edward Soeryadjaya, CEO Hyundai Indonesia Yongki Gunawan, dan CEO Panorama Budi Tirtawisata.

Presiden SBY, saat memberikan briefing pagi di Hotel Adlon Kempinski, menjelaskan, dengan penduduk 82 juta dan pendapatan per kapita US$ 42.000, PDB Jerman mencapai US$ 3,4 triliun, merupakan nomor satu di Eropa dan keempat di dunia. Sedangkan, Indonesia yang berpenduduk 240 juta, memiliki pendapatan per kapita US$ 3.600, dan PDB hampir US$ 1 triliun. PDB Indonesia terbesar di Asia Tenggara dan nomor 15 di dunia.

Indonesia, kata SBY, sudah memiliki Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang antara lain memberikan pedoman kepada para investor. Dalam MP3EI, Indonesia antara lain mendorong perkembangan pusat pertumbuhan baru, yakni Medan untuk Sumatera, Bandung dan Surabaya untuk Jawa, Palangka Raya untuk Kalimantan, Makassar untuk Sulawesi, dan Marauke untuk Papua. “Semuanya membutuhkan pembangunan infrastruktur dan ini peluang bagi pengusaha Jerman,” kata SBY.

Peter Loscher mengatakan, Indonesia memang membutuhkan jalan tol Trans Sumatera dan beberapa pulau besar lainnya untuk mempercepat konektivitas dan memperlancar distribusi barang.

Untuk meningkatkan kerja sama kedua negara, telah dibentuk Indonesia-Jerman Advisory Group. Kelompok konsultasi bisnis dan investasi ini terdiri dari sembilan orang Jerman dan tiga orang dari Indonesia, antara lain mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Ilham Habibie.

UKM Jerman
Pada kesempatan tersebut, Wakil Kanselir Jerman Philipp Rosler mengatakan, sekitar  70 persen lebih ekonomi Jerman digerakkan oleh usaha kecil dan menengah (UKM). Untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara, UKM Jerman bersedia berinvestasi di Indonesia.

Merespons tawaran itu, Presiden SBY mengatakan, pilar utama ekonomi Indonesia adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam masa krisis ekonomi, seperti terjadi tahun 1998, UMKM terbukti tahan terhadap guncangan ekonomi global. Kedatangan UKM Jerman akan sangat membantu UMKM Indonesia dalam peningkatan kualitas produksi, manajemen, kualitas sumber daya manusia, dan pemasaran.

Para pengusaha nasional pun menilai positif kesediaan Indonesia menerima UKM Jerman. “Meski UKM Jerman itu skalanya lebih besar dari UKM Indonesia, kehadiran UKM dari negeri yang sudah maju akan membantu UKM Indonesia,” kata Sofyan Wanandi.

SUMBER : http://www.suarapembaruan.com/home/indonesia-kunci-kemajuan-ekonomi-asean/31788

Tiada ulasan:

Catat Ulasan