BERLIN] Kalangan pengusaha Jerman melihat posisi Indonesia
dianggap sebagai kunci kemajuan ekonomi ASEAN, bahkan Asia dan dunia. Hal itu
berkat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang di atas 6 persen, kekuatan ekonomi
domestik yang terus meningkat, ditopang oleh arus penanaman modal asing yang
terus masuk.
Hal tersebut disampaikan Presiden Asia Pacific Committee for German Business
(APA) Peter Lochscher dalam business luncheon yang dihadiri Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY), Wakil Kanselir yang juga Menteri Ekonomi dan Teknologi
Jerman Philipp Rosler, serta sekitar 80 pengusaha Jerman dan 40 pengusaha
Indonesia, di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Senin (4/3). Acara itu merupakan
salah satu agenda kegiatan Presiden dan rombongan, dalam kunjungan
kenegaraannya ke Jerman dan Hungaria.
Wartawan SP Primus Dorimulu
melaporkan dari Berlin, Peter juga memuji liberalisasi perdagangan dan
investasi di Indonesia. “Ekonomi Indonesia sudah melaju di rel yang benar. Jika
ada dukungan infrastruktur dan kepastian hukum yang lebih baik, Indonesia akan
luar biasa,” katanya.
Indonesia dan Jerman, lanjutnya, sama-sama terbesar di
kawasannya. Indonesia adalah negara dengan penduduk dan produk domestik bruto
(PDB) terbesar di ASEAN. Sedangkan, Jerman adalah negara dengan penduduk dan
PDB terbesar di Eropa Barat. Kedua negara juga memiliki wilayah terluas di
kawasan masing-masing.
Saat tanya-jawab dengan Presiden SBY, sejumlah pengusaha
Jerman mempertanyakan kepastian hukum di Indonesia, terutama dalam kaitan
dengan bisnis di sektor pertambangan. Mereka mengharapkan Indonesia memberikan
kepastian hukum kepada para investor, selain perlunya percepatan pembangunan
infrastruktur. Menjawab pertanyaan itu, Presiden SBY menegaskan, Indonesia
terus memperbaiki iklim investasi, termasuk melakukan reformasi hukum dan
birokrasi.
Para pengusaha Jerman juga mempertanyakan komitmen Indonesia
dalam mengembangkan energi terbarukan, melakukan penghematan energi fosil, dan
menurunkan emisi karbon. Menjawab pertanyaan itu, Presiden mengatakan,
Indonesia terdepan dalam penurunan emisi karbon. Langkah yang ditempuh, antara
lain sudah menetapkan target menurunkan emisi karbon 25 persen dengan kekuatan
sendiri, dan 41 persen jika ada bantuan internasional pada tahun 2020.
Seusai business luncheon, Presiden SBY melakukan pertemuan
bilateral dengan empat CEO perusahaan multinasional, yakni CEO Volkswagen AG
Krsitian Klingler, CEO Siemens Peter Loschter, CEO Ferrostaal Klaus Lesker, dan
CEO Accor Group Yann Caillere. Kepada Presiden, keempat petinggi perusahaan
tersebut menyatakan komitmennya untuk meningkatkan investasi di Indonesia.
Sementara itu, pengusaha dari Indonesia yang hadir pada
acara tersebut, antara lain Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto, Ketua
Apindo Sofyan Wanandi, Chris Kanter, Edward Soeryadjaya, CEO Hyundai Indonesia
Yongki Gunawan, dan CEO Panorama Budi Tirtawisata.
Presiden SBY, saat memberikan briefing pagi di Hotel Adlon
Kempinski, menjelaskan, dengan penduduk 82 juta dan pendapatan per kapita US$
42.000, PDB Jerman mencapai US$ 3,4 triliun, merupakan nomor satu di Eropa dan
keempat di dunia. Sedangkan, Indonesia yang berpenduduk 240 juta, memiliki
pendapatan per kapita US$ 3.600, dan PDB hampir US$ 1 triliun. PDB Indonesia
terbesar di Asia Tenggara dan nomor 15 di dunia.
Indonesia, kata SBY, sudah memiliki Masterplan Percepatan
Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang antara lain
memberikan pedoman kepada para investor. Dalam MP3EI, Indonesia antara lain
mendorong perkembangan pusat pertumbuhan baru, yakni Medan untuk Sumatera,
Bandung dan Surabaya untuk Jawa, Palangka Raya untuk Kalimantan, Makassar untuk
Sulawesi, dan Marauke untuk Papua. “Semuanya membutuhkan pembangunan
infrastruktur dan ini peluang bagi pengusaha Jerman,” kata SBY.
Peter Loscher mengatakan, Indonesia memang membutuhkan jalan
tol Trans Sumatera dan beberapa pulau besar lainnya untuk mempercepat
konektivitas dan memperlancar distribusi barang.
Untuk meningkatkan kerja sama kedua negara, telah dibentuk
Indonesia-Jerman Advisory Group. Kelompok konsultasi bisnis dan investasi ini
terdiri dari sembilan orang Jerman dan tiga orang dari Indonesia, antara lain
mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Ilham Habibie.
UKM Jerman
Pada kesempatan tersebut, Wakil Kanselir Jerman Philipp Rosler mengatakan,
sekitar 70 persen lebih ekonomi Jerman digerakkan oleh usaha kecil dan
menengah (UKM). Untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara, UKM Jerman
bersedia berinvestasi di Indonesia.
Merespons tawaran itu, Presiden SBY mengatakan, pilar utama
ekonomi Indonesia adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam masa
krisis ekonomi, seperti terjadi tahun 1998, UMKM terbukti tahan terhadap
guncangan ekonomi global. Kedatangan UKM Jerman akan sangat membantu UMKM
Indonesia dalam peningkatan kualitas produksi, manajemen, kualitas sumber daya
manusia, dan pemasaran.
Para pengusaha nasional pun menilai positif kesediaan
Indonesia menerima UKM Jerman. “Meski UKM Jerman itu skalanya lebih besar dari
UKM Indonesia, kehadiran UKM dari negeri yang sudah maju akan membantu UKM
Indonesia,” kata Sofyan Wanandi.
SUMBER : http://www.suarapembaruan.com/home/indonesia-kunci-kemajuan-ekonomi-asean/31788
Tiada ulasan:
Catat Ulasan